Senin, 14 November 2011

Merindukan Dongeng Sebagai Media Efektif Membangun Karakter Anak

Sampai hari ini, dongeng tentang kancil dan buaya masih membekas di hati penulis. Cerita tentang kancil yang cerdik bisa memperdaya buaya hingga si kancil akhirnya bisa sampai ke seberang sungai dengan melompati buaya yang berbaris sepanjang lebar sungai sudah sangat lama. Saat anak-anak dulu, pemikiran kita ketika mendengar dongeng ini mungkin tidak sampai menelaah lebih jauh tentang kecerdikan si kancil yang bisa mengelabui buaya. Akan tetapi, setelah kita beranjak dewasa baru kita sadari kalau cerita tentang si kancil dan buaya telah menggiring kita untuk cerdik dalam banyak hal yang positif. Hanya saja, banyak juga yang menganggap dongeng ini mengajari orang yang mendengarnya menjadi cerdik kea rah negative, seperti membodoh-bodohi orang, mengelabui orang dan mencari keuntungan dengan mengorbankan orang lain.
Dari sisi positifnya, cerita ini telah mengajar kita untuk bisa lebih bijaksana dalam mengatasi sebuah persoalan, bisa bertahan dalam tekanan. Memang, di jaman teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini kegiatan mendongeng sudah tidak popular lagi. Dari sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur, anak-anak dihadapkan pada televise yang menyajikan beragam acara menarik mulai dari film kartun, gossip artis dan sinetron yang kebanyakan muatannya bukan untuk konsumsi anak-anak.
Muatan acara beberapa televise saat ini sangat vulgar, mempertontonkan gaya hidup serba wah dalam sinetron, sinetron yang mempertontonkan aksi kekerasan dan acara hiburan yang kata-katanya latah dan cenderung mengarah ke pornografi. Sebenarnya, anak-anak pun bisa memilih acara lain dan pindah channel ke siaran televisi lainnya ketika mereka merasa bosan.
Ada juga stasiun televisi yang masih mempertahankan acara dongeng untuk anak-anak. Ini perlu dipertahankan dan didukung oleh pemerintah. Karena, kegiatan mendongeng sebetulnya bisa memikat dan mendatangkan banyak manfaat , bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga bagi orangtua yang mendongeng untuk anaknya. Kegiatan mendongeng ini dapat mempererat jalinan komunikasi atara anak dan orangtua. Tanpa kita sadari, manfaat lain dari mendongeng ini pun jika digali dan dikemas lebih baik akan memberi dampak yang sangat banyak pada perkembangan anak.
Beberapa majalah dan surat kabar masih memberi tempat untuk para penulis dongeng memuat karya-karya para pendongeng, seperti majalah anak-anak Bobo, Girls, surat kabar Kompas dan Harian Analisa di Medan serta surat kabar lainnya. Dari pengamatan penulis, cerita-cerita dongeng yang disuguhkan sangat edukatif dimana dalam cerita yang ditampilkan ada solusi kreatif yang bisa membangun karakter anak dalam belajar.
Para pendongeng di negeri ini pun sebenarnya sangat banyak. Suatu waktu, penulis berselancar ke dunia maya dan mencari nama-nama para pendongeng, ternyata ada websitenya http://www.pendongeng.com/ dengan taglinenya Membangun Bangsa dengan Cerita. Di website ini ada nama-nama pendongeng seperti Kak Poetri Suhendro, Kak Bimo Suryono, Kak Seto Mulyadi, Kak Agus DS, Kak Rico dan Kak Kusumo Priyono. Di website ini ada juga beberapa nama pendongeng lainnya serta cerita dongeng yang bisa dinikmati oleh para pencinta dongeng. Cerita dongeng yang ada di website ini antara lain Aladin dan Lampu Ajaib, Ali Baba & 40 Penyamun, Anak Rajin & Pohon Pengetahuan, Anggrek Hitam untuk Domia, Balas Budi Burung Bangau, Bulan Yang Iri Hati, Bunga Cheri, Burung Pipit Berlidah Pendek, Cinderella serta cerita dongeng lainnya.
Ada banyak manfaat yang didapat dari cerita dongeng dan kegiatan mendongeng. Dengan dongeng, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.
Cerita atau dongeng juga bisa dijadikan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Dongeng juga menjadi media efektif membangun karakter anak seperti yang digaungkan dunia pendidikan nasional. Lewat dongeng, kita juga bisa menumbuhkan nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, kesabaran dan kegiatan sehari-hari yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Seperti pentingnya makan sayur, menggosok gigi, mencuci tangan sebelum makan, membersihkan halaman, mandi yang benar atau kebiasaan lain yang dapat menunjang pertumbuhannya.
Dongeng yang baik adalah dongeng yang muatannya memberikan edukasi dan bukan menggurui atau memerintah, akan tetapi tokoh-tokoh dalam dongeng diharapkan akan menjadi contoh dan teladan bagi anak.
Sewaktu penulis masih kecil, hampir setiap malam setelah selesai belajar orangtua membacakan sebuah dongeng. Karena seringnya mendengarkan dongeng, penulis jadi merasa ingin tahu darimana orangtua saya mendapatkan cerita-cerita dongeng tersebut. Dalam hal ini, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada cerita dongeng yang diceritakan, anak-anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Mungkin anak-anak akan mulai mencari buku-buku dongeng yang kerap ia dengar, secara perlahan bahan bacaan yang mereka baca akan semakin meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan umum, sains, agama, sejarah dan buku lainnya.
Keberhasilan suatu dongeng tidak saja ditentukan oleh daya rangsang imajinatifnya, tapi juga kesadaran dan kemampuan pendongeng untuk menyajikannya secara menarik. Pendongeng saat ini sudah banyak yang menggunakan alat-alat bantu agar pesan yang ingin disampaikan lewat dongeng bisa ditangkap oleh anak-anak yang mendengarnya.
Di tengah situasi kondisi bangsa seperti sekarang ini, profesi pendongeng jangan dianggap kecil. Program pemerintah menjadikan tahun ini sebagai tahun pendidikan berbasis karakter juga bisa dilakukan lewat dongeng. Lewat pendongeng, karakter anak-anak kita bisa dibentuk untuk tidak menjadi karakter yang suka korupsi, suka berkelahi, senang melihat orang susah dan tidak bisa menghargai perbedaan pendapat.
Pemerintah dalam hal ini juga perlu mengapresiasi profesi pendongeng dengan mengundang mereka ikut terlibat dalam proses pendidikan lewat acara-acara khusus yang melibatkan pendongeng. Kita berharap, selagi media masih memberi tempat untuk memuat cerita-cerita dongeng berarti setiap saat masih saja ada orang yang berminat mendongeng. Karena dongeng adalah salah satu media efektif membangun karakter anak sejak usia dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar