JAKARTA, KOMPAS.com - Postur tubuhnya mungil, tingginya hanya 162 sentimeter, tetapi keganasan sayap serang Andik Vermansyah di lapangan hijau membuat lawan tanding harus ekstra waspada. Pemain didikan Persebaya Surabaya junior ini memiliki kecepatan, kelincahan, dan akurasi tendangan ke arah gawang.
Andik menjadi salah satu motor serangan saat Indonesia menjinakkan Thailand 3-1 di Stadion Gelora Bung Karno, Minggu (13/11) malam. Andik menjelajah lapangan dari kiri ke kanan bertukar posisi dengan Oktovianus Maniani. Bahkan, dia ikut berjibaku membantu pertahanan.
Andik dua kali terkapar di rumput karena tekel keras bek kiri Thailand, Theeraton Bunmathan, dan gelandang Ekkasit Chaobut. Karena pelanggaran itu, wasit asal Korea Selatan, Kim Jong Hyeok, mengganjar kartu merah bagi kedua pemain itu.
”Untung tidak cedera. Tetapi, badan saya sakit-sakit karena dihajar terus oleh pemain Thailand,” ujar Andik disusul tawa.
Gol pertama Indonesia ke gawang Thailand yang dicetak Titus Bonai juga hasil kerja sama umpan satu-dua Andik bersama bek sayap kanan Hasyim Kipuw. Andik menjadi pemantul bola bagi Kipuw yang menusuk melalui sayap sebelum melepaskan umpan matang yang disundul Titus Bonai.
Titik balik
Titik balik karier sepak bola Andik terjadi saat masuk tim Jawa Timur dan meraih emas di PON Kalimantan Timur 2008. Pelatih tim Jawa Timur, Aji Santoso, memberikan kepercayaan dan kesempatan bermain kepada Andik. Sejak saat itu, Andik menemukan kepercayaan diri dan berani menampilkan kepiawaian sebagai pemain sayap yang agresif dan berbahaya.
”Pak Aji yang melatih saya cara bermain sepak bola. Saya dulu hanya tahu menyerang, tidak pernah mau bertahan. Pak Aji yang membimbing saya sehingga tahu bermain bola yang baik itu juga harus bertahan,” ujar Andik.
”Coach (pelatih) Aji Santoso sangat berjasa. Dia memberi kepercayaan dan kesempatan bukan hanya kepada pemain yang sudah punya nama,” tuturnya.
Andik pun dibawa Aji Santoso saat membesut Persebaya 1927. Kualitas permainan Andik menempatkannya sebagai pemain inti. Penampilan yang sangat berkesan bagi para penggemar sepak bola adalah saat Andik menggocek bola melewati tiga pemain bertahan Tangerang Wolves di Stadion Benteng, Tangerang, sebelum mencetak gol.
Andik adalah fenomena di kancah sepak bola nasional. Kiprahnya selama ini menginspirasi, postur tubuh mungil bukan penghalang menjadi pesepak bola jempolan.
”Kuncinya, kerja keras berlatih dan pantang menyerah,” ujar Andik.
Andik menjadi salah satu motor serangan saat Indonesia menjinakkan Thailand 3-1 di Stadion Gelora Bung Karno, Minggu (13/11) malam. Andik menjelajah lapangan dari kiri ke kanan bertukar posisi dengan Oktovianus Maniani. Bahkan, dia ikut berjibaku membantu pertahanan.
Andik dua kali terkapar di rumput karena tekel keras bek kiri Thailand, Theeraton Bunmathan, dan gelandang Ekkasit Chaobut. Karena pelanggaran itu, wasit asal Korea Selatan, Kim Jong Hyeok, mengganjar kartu merah bagi kedua pemain itu.
”Untung tidak cedera. Tetapi, badan saya sakit-sakit karena dihajar terus oleh pemain Thailand,” ujar Andik disusul tawa.
Gol pertama Indonesia ke gawang Thailand yang dicetak Titus Bonai juga hasil kerja sama umpan satu-dua Andik bersama bek sayap kanan Hasyim Kipuw. Andik menjadi pemantul bola bagi Kipuw yang menusuk melalui sayap sebelum melepaskan umpan matang yang disundul Titus Bonai.
Titik balik
Titik balik karier sepak bola Andik terjadi saat masuk tim Jawa Timur dan meraih emas di PON Kalimantan Timur 2008. Pelatih tim Jawa Timur, Aji Santoso, memberikan kepercayaan dan kesempatan bermain kepada Andik. Sejak saat itu, Andik menemukan kepercayaan diri dan berani menampilkan kepiawaian sebagai pemain sayap yang agresif dan berbahaya.
”Pak Aji yang melatih saya cara bermain sepak bola. Saya dulu hanya tahu menyerang, tidak pernah mau bertahan. Pak Aji yang membimbing saya sehingga tahu bermain bola yang baik itu juga harus bertahan,” ujar Andik.
”Coach (pelatih) Aji Santoso sangat berjasa. Dia memberi kepercayaan dan kesempatan bukan hanya kepada pemain yang sudah punya nama,” tuturnya.
Andik pun dibawa Aji Santoso saat membesut Persebaya 1927. Kualitas permainan Andik menempatkannya sebagai pemain inti. Penampilan yang sangat berkesan bagi para penggemar sepak bola adalah saat Andik menggocek bola melewati tiga pemain bertahan Tangerang Wolves di Stadion Benteng, Tangerang, sebelum mencetak gol.
Andik adalah fenomena di kancah sepak bola nasional. Kiprahnya selama ini menginspirasi, postur tubuh mungil bukan penghalang menjadi pesepak bola jempolan.
”Kuncinya, kerja keras berlatih dan pantang menyerah,” ujar Andik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar